Restorasi lanskap hutan di Provinsi Sulawesi Utara

Restorasi lanskap hutan di Provinsi Sulawesi Utara

Area
6.000 ha | Potensi hingga 10.000 ha
ARR
Agroforestri
Lokasi
Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia
ID Proyek
Standar
SRN, VCS, CCB

Gambaran Proyek

Dahulu, hutan hujan tropis di Sulawesi Utara penuh dengan kehidupan. Namun, saat ini sebagian besar lahan telah rusak akibat praktik pertanian yang tidak berkelanjutan, menyebabkan tanah menjadi tidak subur, hutan terfragmentasi, dan habitat satwa liar semakin berkurang. Wilayah ini menghadapi masa depan dengan sumber daya yang terus menurun, sementara petani kecil berjuang dengan lahan yang semakin terkuras dan rumput yang rentan terhadap kebakaran, sementara deforestasi terus berlangsung tanpa kendali.

Proyek ini bertujuan untuk mendukung restorasi 6.000 hektar lanskap ini, dengan potensi perluasan hingga 10.000 hektar.

Dengan bekerja sama dengan petani kecil dan komunitas lokal, proyek ini berupaya mengeksplorasi pendekatan agroforestri dan reforestasi yang dapat membantu memulihkan kesehatan tanah, menghubungkan kembali ekosistem, serta memperkuat ketahanan terhadap perubahan iklim. Fokus utama adalah revitalisasi sumber air di sekitar kawasan Gunung Masarang, guna mendukung kesejahteraan lingkungan dan masyarakat dalam jangka panjang.

Melalui restorasi berbasis komunitas, ekowisata, dan praktik pertanian berkelanjutan, proyek ini bertujuan untuk menghentikan siklus deforestasi sekaligus meningkatkan ketahanan pangan dan peluang ekonomi. Dengan mengembalikan tutupan hutan dan mendukung solusi berbasis alam, kami berharap dapat menciptakan kondisi bagi tanah dan masyarakat untuk berkembang bersama.

Tujuan Proyek

8
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)
>200
Penduduk lokal yang dipekerjakan
100%
Spesies asli atau yang sudah alami
>1,500
Peserta potensial
>3x
Peningkatan pendapatan tahunan yang berkelanjutan bagi peserta
~7 Juta
Ton karbon bruto yang diserap (periode kredit)
> 4 Juta
Kredit karbon yang dapat dimonetisasi sepanjang masa proyek

Cerita dari lapangan

Selama bertahun-tahun, para petani di Tamil Nadu telah bekerja keras mengolah lahan mereka, tetapi perubahan iklim dan tanah yang terdegradasi telah membuat perjuangan untuk bertahan hidup semakin sulit. Dengan keterbatasan air, hasil panen yang tidak menentu, dan sedikit pilihan alternatif, banyak yang terpaksa mencari pekerjaan di tempat lain.Proyek ini bertujuan untuk mengubah keadaan dengan memulihkan lanskap serta menciptakan peluang bagi komunitas untuk berkembang.

Famers are facing growing challenges.

On half-hectare fields, they raise families alongside a cow, a few hens, and whatever crops they can grow. Groundnuts are common, often cultivated as a monocrop in dry, low-yielding conditions.

With little to no access to irrigation, electricity, or reliable markets, farming alone doesn’t provide a stable livelihood - so many must supplement their income by working as labourers on other farms or through government schemes.

Their families make do with what they have.

They sell small quantities of milk, eggs, and sometimes honey - often at unfair prices set by middlemen. Women walk long distances to gather tamarind seeds from the forest, while children help with fieldwork.

Without reliable infrastructure, financial tools, or climate-resilient support, breaking out of subsistence farming is incredibly difficult. Yet, there is momentum for change.

But there is hope.

With the right support - a scientifically selected mix of native and naturalized saplings, agroforestry training, and access to organic inputs - farmers can make their land more productive without abandoning existing practices.

Introducing diverse cropping systems can extend harvest periods and spread risk, ensuring income throughout the year. Drip irrigation and organic soil enhancements can further improve yields, while participation in local cooperatives can enable fairer pricing and better market access.

Thriving farms could lead to stronger communities.

If these changes take root, incomes could rise significantly. Families will have the opportunity to stay on their land rather than seek work elsewhere. Communities will benefit from improved livelihoods along with longer-term self-regenerating ecosystems.

Petani menghadapi tantangan yang semakin besar.

Di lahan seluas setengah hektar, para petani berupaya menghidupi keluarga mereka—dengan seekor sapi, beberapa ekor ayam, dan tanaman seadanya. Dengan akses terbatas, bahkan sering kali tanpa irigasi, listrik, atau pasar yang stabil, pertanian saja tidak cukup untuk menjamin penghidupan yang layak.

Banyak dari mereka harus menambah penghasilan dengan bekerja sebagai buruh tani di lahan lain atau melalui program pemerintah.

Keluarga Bertahan dengan Apa yang Ada.

Mereka menjual susu, telur, dan kadang-kadang madu dalam jumlah kecil – seringkali dengan harga yang kerap ditentukan secara tidak adil oleh tengkulak. Para perempuan berjalan jauh untuk mengumpulkan biji asam dari hutan, sementara anak-anak membantu bekerja di ladang.

Tanpa infrastruktur yang memadai, akses ke layanan keuangan, atau dukungan yang tahan terhadap perubahan iklim, keluar dari pola pertanian subsisten menjadi tantangan besar.

Namun, Ada Harapan dan Momentum untuk Perubahan.

Dengan dukungan yang tepat—seperti kombinasi bibit pohon asli dan adaptif yang dipilih secara ilmiah, pelatihan agroforestri, serta akses ke input organik—petani dapat meningkatkan produktivitas lahannya tanpa meninggalkan praktik tradisional. Sistem tanam yang beragam memungkinkan panen yang lebih panjang dan pendapatan yang lebih merata sepanjang tahun.

Teknik irigasi tetes dan restorasi tanah dapat meningkatkan hasil, sementara partisipasi dalam koperasi lokal membantu petani mendapatkan harga yang lebih adil dan akses pasar yang lebih baik.

Pendekatan ini memperkuat ketahanan finansial dan ekologi, membangun fondasi untuk regenerasi jangka panjang.

Pertanian yang Maju, Komunitas yang Lebih Kuat.

Jika perubahan ini tumbuh dan berkembang, pendapatan keluarga bisa meningkat secara signifikan. Mereka dapat tetap tinggal dan mengelola lahannya sendiri, tanpa harus mencari kerja di luar desa. Komunitas akan mendapat manfaat dari peningkatan penghidupan, sekaligus menikmati ekosistem yang mampu memulihkan diri secara berkelanjutan.

Cerita dari lapangan

Pertanian di Sulawesi Utara merupakan warisan, tetapi kini terancam. Generasi petani menghadapi ketidakpastian yang semakin meningkat. Namun, merevitalisasi lahan, air, dan mata pencaharian dapat membantu masyarakat beralih dari bertahan hidup menjadi berkembang.

Farming communities in North Sulawesi are facing a growing threat.

For generations, families have cultivated this land, but today, they’re contending with mounting challenges. Years of degradation have led to soil infertility, declining forest cover, and the spread of fire-prone grasses that stall natural regrowth and fragment wildlife habitats.

Despite deep knowledge of the land and a strong work ethic, many farmers now struggle with growing uncertainty - where once the land provided, it now places their livelihoods at risk.

In addition to degradation, limited crops and farming techniques make life difficult.

A reliance on a narrow range of crops (such as coconut or cloves), means that farmers are subject to market volatility and declining yields. Without irrigation, access to modern farming techniques, and a lack formal credit access, they endure a cycle of low income and food insecurity.

The lack of alternative livelihoods - beyond conventional single-crop farming - results in chronic underemployment and stagnant local economies.

Water revitalization and multi-cropping systems give potential for greater economic stability.

Restoring water sources and introducing sustainable farming techniques could help restore soil health and reconnect ecosystems.

The introduction of multi-cropping systems and perennial agroforestry species aims to expand farmers’ income portfolios - combining timber, fruit, spices, and supplemental livestock or fish farming.

By reducing reliance on a single commodity, farmers can attain greater economic stability and improved food security.

New skills and support open pathways to long-term resilience.

With access to training, credit, and value chains for crops like honey and palm sugar, farmers can improve techniques and incomes. These new opportunities help communities move beyond survival - towards regeneration, entrepreneurship, and lasting security.

Komunitas pertanian di Sulawesi Utara menghadapi ancaman yang semakin besar.

Selama beberapa generasi, masyarakat telah menggarap lahan ini, tetapi saat ini mereka menghadapi tantangan yang semakin berat. Bertahun-tahun degradasi telah menyebabkan lahan menjadi tidak subur, berkurangnya tutupan hutan, dan penyebaran rumput yang mudah terbakar, yang menghambat pertumbuhan alami serta memecah habitat satwa liar.

Meskipun memiliki pengetahuan yang mendalam tentang lahan dan etos kerja yang kuat, banyak petani kini menghadapi ketidakpastian yang semakin besar—jika dahulu lahan ini menjadi sumber kehidupan mereka, kini justru menempatkan mata pencaharian mereka dalam risiko.

Selain degradasi, keterbatasan jenis tanaman dan teknik bercocok tanam semakin memperburuk keadaan.

Ketergantungan pada jenis tanaman yang terbatas (seperti kelapa atau cengkeh) membuat petani rentan terhadap fluktuasi pasar dan penurunan hasil panen. Tanpa irigasi, akses ke teknik pertanian modern, serta terbatasnya akses kredit resmi, mereka terjebak dalam siklus pendapatan rendah dan ketidakamanan pangan.

Kurangnya pilihan mata pencaharian alternatif—di luar pertanian konvensional dengan satu jenis tanaman—mengakibatkan pengangguran kronis serta perekonomian lokal yang stagnan.

Revitalisasi sumber daya air dan sistem multi-tanaman memberikan potensi stabilitas ekonomi yang lebih baik.

Pemulihan sumber air serta penerapan teknik pertanian berkelanjutan dapat membantu mengembalikan kesuburan tanah dan menghubungkan kembali ekosistem.

Pengenalan sistem multi-tanaman dan spesies agroforestri tahunan bertujuan untuk memperluas sumber pendapatan petani—dengan mengombinasikan hasil hutan kayu, buah-buahan, rempah-rempah, serta peternakan atau perikanan tambahan.

Dengan mengurangi ketergantungan pada satu komoditas saja, petani dapat mencapai stabilitas ekonomi yang lebih baik serta meningkatkan ketahanan pangan mereka.

Keterampilan baru dan dukungan membuka jalan menuju ketahanan jangka panjang.

Dengan akses terhadap pelatihan, kredit, dan rantai nilai untuk komoditas seperti madu dan gula aren, petani dapat meningkatkan teknik serta pendapatan mereka.

Kesempatan baru ini membantu komunitas bergerak melampaui sekadar bertahan hidup—menuju regenerasi, kewirausahaan, dan keamanan yang berkelanjutan.

Dari Degradasi Menuju Peluang

Di jantung Sulawesi Utara, generasi petani telah bergantung pada tanah untuk kelangsungan hidup mereka. Namun, bertahun-tahun deforestasi, praktik pertanian yang tidak berkelanjutan, dan lahan yang rentan terhadap kebakaran telah membuat semakin sulit untuk membangun masa depan yang stabil. Saat tanah melemah dan hutan menyusut, mata pencaharian menjadi semakin rentan. Proyek ini bertujuan untuk mendukung komunitas dalam membalikkan siklus ini—memulihkan lanskap sekaligus menciptakan peluang baru bagi mereka yang menjadikan wilayah ini sebagai rumah mereka.

Mata pencaharian yang tangguh dan ketahanan pangan

Mata pencaharian yang tangguh dan ketahanan pangan

Dengan memperkenalkan agroforestri dan ekowisata, komunitas dapat mengeksplorasi peluang pendapatan baru di luar pertanian tradisional. Pendekatan ini dapat meningkatkan ketahanan pangan, memberikan stabilitas finansial, dan memastikan lahan tetap produktif untuk generasi mendatang.

Ketahanan Ekosistem dan Pengurangan Risiko Kebakaran

Memulihkan lahan yang terdegradasi serta beralih ke praktik pengelolaan lahan yang tangguh dapat mengurangi risiko kebakaran hutan yang merusak, membantu pemulihan hutan sekaligus melindungi keanekaragaman hayati dan komunitas lokal.

Kesejahteraan Masyarakat dan Peningkatan Ekonomi

Dengan berinvestasi dalam praktik yang tangguh dan partisipasi masyarakat lokal, proyek ini berpotensi memperkuat ekonomi pedesaan, menciptakan peluang yang lebih adil, serta meningkatkan kesejahteraan bagi mereka yang bergantung pada lahan.

Ingin bermitra dengan kami?

Baik Anda mitra modal, pemilik lanah, atau organisasi lapangan, bermitra dengan kami saat kami terus mengangkat standar untuk proyek karbon berkualitas tinggi.